Wadah Opini

Jangan biarkan otak kita hanya menjadi otak-otak

Rabu, 19 Agustus 2009

MENCERABUT AKAR TERORIS

Diposting oleh imam suharjo

Setelah melalui tujuh tahun pengejaran dan lebih tujuh belas jam penyergapan, akhirnya orang yang diduga Noor Din M Top berhasil ditewaskan oleh Densus 88. Khalayak ikut merasakan ketegangan menyaksikan detik-detik terakhir perjalanan hidup gembong teroris yang paling dicari. Meski sedikit kecewa dengan tak tertangkapnya Noor Din hidup-hidup, tetapi tewasnya Noor Din diharapkan dapat mengurangi aksi teror di Indonesia (kemudian diketahui yang terbunuh adalah Ibrohim).


Siapa yang tak kenal Noor Din. Berbeda dengan kasus-kasus bom sebelumnya, dalam kasus bom Ritz Carlton dan J.W Marriott Mega Kuningan Jakarta, namanya langsung meroket karena dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab dalam pengeboman ke dua tempat tersebut. Fotonya menampang di berbagai media dan disebarkan di pusat keramaian kota. Situasi persaingan bisnis per-televisi-an, semakin melambungkan popularitasnya, berbagai program dibuat secara spesial untuk mengulas sepak terjangnya. Tapi ironisnya, tak ada satupun yang pernah bertemu langsung dengan Noor Din termasuk aparat kepolisian beserta Densus 88.


Meski lahir sebagai warga negara Malaysia, namun sepak terjang Noor Din lebih banyak di Indonesia. Semenjak kegiatannya diberangus oleh keamanan Malaysia pada tahun 2002, Noor Din melanglang buana dari kerusuhan satu ke kerusuhan lain dalam wilayah Indonesia. Dalam pelariannnya, ia tidak saja mampu merekrut pengikut-pengikut baru tetapi juga melakukan pernikahan dengan beberapa wanita tanpa tersentuh oleh pihak keamanan. Sehingga muncul dugaan adanya kekuatan besar yang melindungi Noor Din M Top.


Noor Din memilih Indonesia bukan tanpa alasan, dengan wajah melayunya dia leluasa bergerak dan berbaur dengan masyarakat kita. Indonesia yang memiliki wilayah demikian luas dan terbagi dalam ribuan pulau menjadi tempat persembunyian yang ideal. Bila di Malaysia propaganda teror Noor Din tak laku karena kondisi kehidupan masyarakatnya yang relatif mapan, maka Indonesia dengan masyarakatnya yang masih banyak terlilit problem sosial akan menjadi lahan subur bagi pemasaran jualan Noor Din.


Beberapa pengamat menyatakan bahwa tewasnya Noor Din M Top tak serta merta mengakhiri aksi teror di Indonesia. Pendapat tersebut ada benarnya, karena yang kita hadapi bukanlah satu orang manusia secara fisik, tetapi sebuah ideologi yang berkembang antar manusia dalam sebuah media ketimpangan sosial. Sehingga selama problem tersebut masih ada, maka akan selalu muncul bibit-bibit teroris baru.


Akar teroris

Adanya keterlibatan warga negara Indonesia dalam aksi teror benar-benar diluar nalar masyarakat normal. Begitu mudahnya mereka diperalat oleh Noor Din untuk membuat kerusuhan dan pembunuhan di negaranya sendiri, sementara Noor Din sendiri belum pernah melakukan aksi teror di Malaysia padahal di disana juga banyak bertebaran kepentingan asing yang katanya menjadi musuhnya. Lalu mengapa sebagian dari kita mudah terbawa paham radikal ?


Sebenarnya abnormalisasi pemahaman agama bukanlah akar teroris, paham tersebut adalah efek yang mudah ditanamkan pada orang-orang yang banyak memiliki problem sosial. Ada kemungkinan para pengikut Noor Din menerima ideologinya lantaran untuk pelarian akibat kemiskinan, ketidakadilan ditambah dengan arus informasi yang tak seimbang. Iming-iming surga melalui ayat-ayat Al Quran yang di potong-potong secara tekstual menjadi menarik bagi mereka yang terhimpit kehidupan, mati sebagai syuhada menjadi impian. Inilah yang sebenarnya menjadi akar tumbuhnya teroris.


Kemiskinan di Indonesia dapat digolongkan dalam kemiskinan struktural, kemiskinan kultural dan kemiskinan natural. Kemiskinan struktural diakibatkan oleh adanya pendapatan yang timpang dalam masyarakat. Kondisi tersebut terbentuk karena adanya kebijakan ekonomi pemerintah, penguasaan sumber-sumber produksi oleh segelintir orang, kolusi antara pengusaha dengan pejabat, dan penyakit KKN lainnya. Atau dengan kata lain kemiskinan struktural terjadi karena ketidakadilan yang dibuat manusia.


Adapun kemiskinan kultural muncul karena faktor dalam diri manusia sebagai individu yang kemudian membentuk budaya atau mental masyarakat untuk hidup miskin, seperti perilaku malas bekerja, rendahnya kreativitas dan tidak ada keinginan hidup lebih maju. Sedangkan kemiskinan natural merupakan kemiskinan yang terjadi secara alami dikarenakan rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.


Kemiskinan menjadi penghambat orang untuk memperoleh arus informasi yang seimbang. Dalam kondisi ini, doktrin-doktrin tertentu dapat diajarkan sebagai informasi sepihak yang mengunci pikiran dan menutup seseorang untuk lebih membuka wawasannya lebih luas. Mereka terkunci pada pemahaman bahwa di luar kelompoknya adalah musuh. Paham ini mirip dengan sekte Khawarij di masa silam.


Mencerabut akar teroris

Bila di kelompokan dalam struktur yang sederhana, pendukung teror itu hanya dua. Pertama pemilik paham atau ideologi dan kedua pengikut. Terhadap keduanya harus dilakukan treatment yang berbeda. Pemilik paham hanya bisa diberantas dengan tindakan punishment demikian juga pada pengikutnya yang telah melakukan aksi teror, dan bagi mereka yang masih terinfeksi atau baru ikut-ikutan maka diperlukan usaha persuasi melalui peningkatan taraf kehidupan dan pencerahan.


Tindakan punishment menjadi tanggungjawab pihak keamanan, sedangkan peningkatan taraf kehidupan menjadi tanggungjawab pemerintah. sementara upaya pencerahan melalui pemberian informasi dan pemahaman kontekstual kitab suci adalah tugas lembaga-lembaga agama serta partisipasi masyarakat dengan memanfaatkan berbagai media. Ketiga kegiatan ini bila dilakukan secara simultan akan memiliki kekuatan untuk mencerabut akar teroris.


Pemerintah harus membuat kebijakan yang mampu mendorong meningkatnya pendapatan masyarakat, sehingga jurang antara sikaya dan simiskin menjadi kecil. BLT yang pernah digelontorkan bukanlah solusi yang bisa diterapkan terus-menerus, karena akan mendorong tumbuhnya kemiskinan kultural. Langkah ekstra perlu diambil pemerintah untuk mewujudkan keadilan pendapatan melalui pengembangan usaha kecil dan menengah yang komprehensif, pelatihan kerja yang benar-benar meningkatkan peluang tenaga kerja untuk mengisi lowongan kerja yang tersedia.


Lemahnya kinerja birokrasi juga menjadi penghambat pertumbuhan bagi semua institusi. Meningkatnya kuantitas maupun kualitas tindak pidana korupsi dapat menggerogoti sendi-sendi perekonomian nasional, mengancam pendidikan, pelayanan publik, mempengaruhi mental penyelenggara negara serta membahayakan stabilitas politik nasional. Harus ada semangat dan keinginan kuat untu menghapus penyakit KKN yang selama ini menggerogoti kinerja pemerintah. KPK, kepolisian dan kejaksaan sebagai penegak hukum harus bersinergi dalam pemberantasan korupsi dan menghilangkan egonya masing-masing.


Pemahaman kitab suci secara integral dan kontekstual harus secara kontinyu disampaikan oleh lembaga-lembaga agama. Rasulullah sendiri dalam hadis yang diriwayatkan oleh HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu menyatakan “Iman itu terdiri dari tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama adalah ucapan la ilaha illallah dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Demikian pula rasa malu adalah salah satu cabang keimanan.” Bila menyingkirkan duri dari jalan merupakan bagian dari iman, akan menjadi sebaliknya bila melakukan kerusakan dan pembunuhan yang tak pada tempatnya. Kita tak ingin Indonesia disebut sebagai negara sarang teroris dan sarang koruptor.


Dimuat di rubrik opini RADAR BANJARMASIN pada hari Jumat tanggal 14 Agustus 2009



0 komentar:

Posting Komentar