Wadah Opini

Jangan biarkan otak kita hanya menjadi otak-otak

Sabtu, 26 September 2009

KEHORMATAN

Diposting oleh imam suharjo

Sebelas milyar rupiah diperkirakan akan dihabiskan untuk pelantikan dan pengambilan sumpah anggota DPR-RI periode 2009-2014. Angka ini tentu sangat fantastis bila dibandingkan dengan perjuangan beribu orang untuk mendapatkan beberapa lembar uang zakat atau bingkisan lebaran yang dibagi setiap hari raya Idhul Fitri. KPU sebagai penyelenggara perhelatan merasa biaya milyaran rupiah itu adalah sebuah angka yang wajar diberikan untuk acara manusia-manusia pilihan orang. Argumentasi ini dianggap banyak kalangan sebagai arogansi penyelenggara negara yang tak memiliki sense of crisis, mereka tak mampu melihat bahwa rakyat dibeberapa daerah menanti uluran tangan akibat di landa bencana.



Project orientate memang masih menjadi mindset para penyelenggara negara dalam melakukan aktivitas pelayanannya. Ketika sebuah anggaran kegiatan telah ditetapkan, berarti anggaran tersebut harus dilaksanakan dan dihabiskan. Jarang sekali penyelenggara negara dengan kesadaran sendiri melakukan review terhadap pelaksanaan anggaran ketika diketahui dikemudian hari bahwa anggaran yang diajukan tak memenuhi kriteria efesien dan efektiv. Yang umum dilakukan adalah menambah atau mengada-adakan kegiatan baru untuk menghabiskan dana dan bukan mengembalikan ke kas negara/daerah. Keberadaan proyek masih menjadi ladang untuk memenuhi want bagi banyak aparat dan pejabatnya.


Apa yang terjadi di KPU tak lepas dari cara pikir berorientasi proyek. Biarpun alokasi anggaran pelantikan DPR-RI banyak menuai protes masyarakat , KPU tetap bergeming seperti yang pernah dilakukan terhadap pelaksanaan anggaran sebelumnya semisal pengadaan IT yang boros. Acara pelantikan anggota DPR adalah sebuah kesempatan bagi KPU untuk membuat kegiatan proyek dengan dana sesuka hati melalui kemasan kelayakan demi menjaga martabat dan kehormatan bagi manusia pilihan yaitu anggota dewan yang terhormat.


Manusia dapat melakukan apa saja demi sebuah kehormatan atau menyandang gelar terhormat. Gelar ini memang akan menaikan derajat manusia beberapa kali lipat di mata manusia. Dengan kehormatan, mereka tak perlu lagi bersusah payah berdesakan di angkutan umum ketika akan mudik lebaran atau mengorbankan nyawa dan harga dirinya hanya untuk ribuan rupiah uang zakat.


Meraih kehormatan

Kehormatan dimata manusia adalah sebuah pengakuan atas diri seseorang atas kekuasaan dan/atau kekayaan dan/atau ilmunya yang dianggap lebih bagi sebagian manusia yang lain. Setiap orang memiliki ukuran sendiri dalam menentukan kriteria kehormatan yang diinginkannya. Oleh karena itu, masing-masing orang memiliki cara berbeda dalam meraih kehormatan baik dengan usaha wajar maupun tidak.


Pemilu yang telah lewat merupakan media untuk mendapatkan sebuah kehormatan, berbagai usaha telah dilakukan oleh para caleg untuk mendapat dukungan rakyat tak terkecuali dengan praktik money politic. Hasilnya, kita mendapatkan manusia pilihan yang dari awal memang hanya ingin meraih kehormatan melalui kekuasan poitik dan bukan untuk mewakili rakyat yang memilihnya.


Ketidakpedulian manusia pilihan akan nasib rakyat yang sedang mendapat musibah adalah bentuk kewajaran atas siap mereka. Para manusia pilihan merasa telah membayar ratusan juta hingga milyaran rupiah untuk membeli suara agar terpilih menjadi anggota dewan yang terhormat. Pelantikan manusia pilihan nanti adalah bagian dari sebuah penghormatan untuk manusia-manusia terhormat , kesempatan yang tak mungkin dilewatkan apalagi dibatalkan hanya karena anggarannya harus dikurangi untuk keperluan rakyat yang tertimpa bencana.


Kekuasaan dan kekayaan adalah dua sisi mata uang yang saling berkaitan dalam meraih kehormatan, dengan kekayaan orang dapat memperoleh kekuasaan atau sebaliknya dengan kekuasaan orang dapat mengumpulkan kekayaan. Kekayaan yang diperoleh dari kekuasaan akan semakin meningkat seiring dengan naiknya posisi jabatan seseorang. Namun seringkali kerakusan manusia memperlakukan kekuasaan dan kewenangan yang ada ditangannya untuk mengeruk kekayaan secara tak wajar.


Ilmu seharusnya mampu membawa seseorang untuk meraih dan menjaga kehormatan dengan elegan. Namun ilmu yang telah kehilangan nurani malah menjadikan manusia tak pernah kehilangan akal untuk meraih kehormatan secara tak wajar. Banyak manusia merasa belum terhormat hanya dengan ilmu yang dimiliki, untuk itu mereka rela menjual ilmu dan idealisme untuk memperoleh kekuasaan dan kekayaan.


Menjaga Kehormatan

Adalah manusiawi bila setiap manusia berusaha mati-matian mempertahankan dan menjaga kehormatannya, apalagi kehormatan tersebut didapat melalui perjuangan. Beberapa saudara kita dari suku tertentu bahkan rela mengorbankan nyawa demi kehormatan diri dan keluarganya. Tetapi bagi para penguasa yang kaya dan berilmu tentu tak perlu susah-susah berkorban nyawa untuk mempertahankan kehormatannya, kecuali terpaksa dan itupun dilakukan dengan memanfaatkan orang lain.


Kasus pertarungan cicak dan buaya yang sedang berlangsung saat ini bisa dilihat sebagai perang dalam mempertahankan kehormatan institusi sekaligus pribadi. Karena yang bertarung adalah institusi, maka penggunaan kekuasaan dan kewenangan menjadi senjata andalan. Ketaktransparanan proses pertarungan semakin memperkeruh suasana hati masyarakat, berbagai opini tak terkendali bermunculan yang mengerucut pada upaya pembunuhan cicak.


Cicak dianggap sebagai makhluk tak tahu diri dan terlalu berani mengganggu kehormatan pemilik rumah. Keberadaan cicak pun dianggap terlalu super sehingga tak ada yang mampu mengontrolnya. Sepak terjangnya yang mengobok-obok kehormatan buaya, dinosaurus dan big animal lainnya semakin memperbanyak musuh cicak. Dan sekarang adalah saat yang tepat untuk mengganti cicak dengan yang jinak dan bersuara lembut sehingga tak menganggu pemilik rumah.


Mempertahankan kehormatan melalui cara tak terhormat sepertinya sudah menjadi tren di negeri ini. Tidak saja di pusat tetapi juga di banyak daerah, perubahan iklim politik yang begitu cepat tak diikuti dengan kesiapan mental dan perbaikan moral. Yang terjadi mirip lagu Iwan Fals berjudul Sumbang yang liriknya berbunyi : ”...maling teriak maling, sembunyi baik dinding, pengecut lari terkencing-kencing, tikam dari belakang, lawan lengah ditendang, kasak kusuk mencari kambing hitam......”.


Kehormatan di mata Allah

Allah tak pernah melihat kehormatan manusia dari kekuasaan, kekayaan dan ilmunya, tetapi dikarenakan ketakwaannya seperti dalam firman Allah Surah Maryam ayat 85 yang berarti : ”(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat” .


Puasa yang telah dilaksanakan selama bulan Ramadhan mengajarkan kita untuk menjadi manusia bertakwa, pelajaran ini tak akan ada artinya bila pemahaman kita terhadap puasa sekedar untuk memperoleh pahala sebanyak-banyaknya. Ketika ramadhan berlalu, tak sedikitpun bekas nilai-nilai puasa di hati kecuali susana riang gembira atas selesainya kewajiban yang menyiksa selama sebulan penuh.


Bila nilai puasa dan sikap takwa dipertahankan dalam sebelas bulan berikutnya, maka Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim tak memerlukan KPK lagi karena tak ada korupsi, tak perlu lagi instansi pengawasan karena memang tak ada yang perlu diawasi. Para pemegang kekuasaan, pejabat, aparat maupun profesi lainnya melaksanakan tugas sebagai bagian ibadah lillahita’ala, meraih dan menjunjungi tinggi kehormatan yang hakiki di mata manusia dan Illahi Robbi.


Dimuat di rubrik opini RADAR BANJARMASIN hari Kamis tanggal 24 September 2009

0 komentar:

Posting Komentar